Tahun 2015, saya pertama kali melintasi perbatasan aneh ini. Jalan raya A376 menghubungkan dua kota Tajikistan, Khujand dan Kanibadam, sebenarnya menjadi perbatasan antara dua negara: Tajikistan di kiri dan Kirgizstan di kanan.
Jalan ini adalah garis tipis yang memisahkan dua dunia. Rumah-rumah di kiri dan kanan menggunakan tulisan dalam bahasa yang berbeda, mata uang dan zona waktunya pun berbeda. Mobil dan angkot dari kedua negara hilir mudik di jalan ini.
Saat itu, semua tampak bersahabat. Orang Tajik, orang Kirgiz, tertawa dan berangkulan, seperti saudara.
Juni 2024 saya kembali ke sini, membawa grup “Petualangan Menembus Garis Batas di Atap Dunia”, dengan harapan menunjukkan perbatasan unik penuh cerita ini. Tapi alangkah terkejutnya saya, daerah ini telah menjadi seperti zona perang. Sopir kami bahkan sangat ketakutan, tidak mengizinkan kami turun dari mobil atau memotret.
Tahun 2021-2022 sempat terjadi pertumpahan darah antara orang Tajik dan Kirgiz di daerah ini, gara2 masalah garis batas. Itu adalah warisan konflik dari zaman Uni Soviet, yang menggambar garis2 batas memecah belah Asia Tengah.
Desa Kirgiz di sepanjang A376 kini hancur lebur, menjadi barisan rumah hantu. Pom bensin Kirgiz yang dulu megah dan sibuk, kini tinggal puing menyedihkan. Monumen bendera Kirgizstan dulunya dihiasi tulisan DOSTUK (“Persahabatan”), kini tulisannya sudah roboh, seperti “Persahabatan” yang sudah menjadi ilusi semu di sini.
Ironisnya, di sisi Tajikistan, kehidupan tampak normal. Dulu, jalan ini adalah simbol pertemuan, sekarang, ia memisahkan lebih dari sekadar tanah. Satu sisi berlanjut dengan normalitas, sisi lainnya terjebak dalam kehancuran.
Apakah garis batas itu benar-benar ada? Atau mungkin kita sendiri yang menciptakannya, mengukuhkannya, dan merayakannya?
Next trip Garis Batas Asia Tengah: Juni 2025.
Cek safarnam.com dan kontak @safarnam.id