Misteri Dewi Hidup Nepal

Nepal menyimpan fenomena unik yang mengaburkan batas antara dunia manusia dan alam dewata: Kumari Devi, dewi hidup yang dipuja oleh umat Hindu dan Buddha.

Seorang gadis kecil dari kasta Shakya dipilih melalui seleksi ketat, untuk mencari tanda-tanda kesempurnaan fisik dan kekuatan spiritual. Dia harus memiliki 32 tanda keilahian seperti kulit yang mulus, mata berbinar, dan suara jernih. Para calon Kumari kemudian menjalani ujian di kuil gelap, di antara kepala kerbau yang baru dipenggal, untuk menguji keberaniannya.

Dipercaya sebagai titisan Dewi Taleju, dewi pelindung Nepal, Kumari terpilih seketika meninggalkan kehidupan manusia biasa. Dia ditempatkan di istana (Kumari Ghar), hanya keluar pada momen tertentu untuk memberkati masyarakat.

Dia manusia, namun diperlakukan seperti bukan manusia. Setiap langkahnya diatur oleh ritual, kehidupannya tertutup dari dunia luar. Dia bahkan tidak boleh menjejakkan kaki di tanah, selalu ada orang yang menggendongnya untuk berpindah tempat.

Namun, dia tidak selamanya menjadi dewi. Ketika darah haid pertama keluar dari tubuhnya, seketika itu pula Dewi Taleju dianggap telah pergi meninggalkannya, dan Kumari pun kembali menjadi manusia biasa.

Tapi tidak sepenuhnya manusia biasa dan normal. Hidup setelah “turun” dari alam dewa terasa asing dan terkucilkan. Banyak pria takut menikahi mantan dewi, seolah status ilahinya menjadi beban yang membawa petaka.

Kumari mengingatkan kita akan batas tipis antara yang ilahi dan yang fana. Di balik sosok yang kita puja, selalu ada sisi manusia yang rapuh, yang menanti untuk ditemukan dan dipahami.

Comment 01

  1. Martina Reply

    November 4, 2024

    Cerita yang luar biasa

Leave a comment





Nepal menyimpan fenomena unik yang mengaburkan batas antara dunia manusia dan alam dewata: Kumari Devi, dewi hidup yang dipuja oleh umat Hindu dan Buddha.

Seorang gadis kecil dari kasta Shakya dipilih melalui seleksi ketat, untuk mencari tanda-tanda kesempurnaan fisik dan kekuatan spiritual. Dia harus memiliki 32 tanda keilahian seperti kulit yang mulus, mata berbinar, dan suara jernih. Para calon Kumari kemudian menjalani ujian di kuil gelap, di antara kepala kerbau yang baru dipenggal, untuk menguji keberaniannya.

Dipercaya sebagai titisan Dewi Taleju, dewi pelindung Nepal, Kumari terpilih seketika meninggalkan kehidupan manusia biasa. Dia ditempatkan di istana (Kumari Ghar), hanya keluar pada momen tertentu untuk memberkati masyarakat.

Dia manusia, namun diperlakukan seperti bukan manusia. Setiap langkahnya diatur oleh ritual, kehidupannya tertutup dari dunia luar. Dia bahkan tidak boleh menjejakkan kaki di tanah, selalu ada orang yang menggendongnya untuk berpindah tempat.

Namun, dia tidak selamanya menjadi dewi. Ketika darah haid pertama keluar dari tubuhnya, seketika itu pula Dewi Taleju dianggap telah pergi meninggalkannya, dan Kumari pun kembali menjadi manusia biasa.

Tapi tidak sepenuhnya manusia biasa dan normal. Hidup setelah “turun” dari alam dewa terasa asing dan terkucilkan. Banyak pria takut menikahi mantan dewi, seolah status ilahinya menjadi beban yang membawa petaka.

Kumari mengingatkan kita akan batas tipis antara yang ilahi dan yang fana. Di balik sosok yang kita puja, selalu ada sisi manusia yang rapuh, yang menanti untuk ditemukan dan dipahami.